MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH (AL QUR`AN KELAS X)
Surat Al Baqarah : 30Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah : 30)
a. Kandungan ayat
Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi agar manusia dapat menjadi kalifah di muka bumi tersebut. Yang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia diciptakan untuk menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya, perikanannya dan seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada di bumi untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu semuanya maka sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi benar-benar dijalankan dengan baik oleh manusia tersebut, terutama manusia yang beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SWT.
Kesimpulan kandungan Surat Al Baqarah : 30, diantaranya:
- Allah memberitahu kepada malaikat bahwa Allah akan menciptakan khalifah (wakil Allah) di bumi
- Allah memilih manusia menjadi khalifah di muka bumi
- malaikat menyangsikan kemampuan manusia dalam mengemban tugas sebagai manusia. Menurut pandangan malaikat, manusia suka membuat kerusakan dan menumpahkan darah
- Malaikat beranggapan bahwa yang pantas menjadi khalifah di bumi adalah dirinya. Malaikat merasa selalu bertasbih, bertauhid dan menyucikan Allah
- Allah lebih mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat
Bacalah Surat Al Mukminun ayat 12-14 berikut dengan fasih dan benar! Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya: “12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS Al Mukminun : 12-14)
a. Kandungan ayat
Dalam surat Al Mukminun ayat 12-14 Allah SWT menerangkan tentang proses penciptaan manusia. Sebelum para ahli dalam bidang kedokteran modern mengetahui proses asal usul kejadian penciptaan manusia dalam rahim ibunya, Allah SWT sudah terlebih dahulu mejelaskan perihal kejadian tersebut dalam Al Qur’an seperti dalam surat Al Mukminun ayat 12-14, dan diperkuat oleh ayat lainnya diantaranya Surat Al Hasyr ayat 24 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya : Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS Al Hasyr : 24)
Pada surat Al Mukminun ayat 12 -14 Allah SWT menjelaskan bahwa proses penciptaan manusia dalam rahim ibunya terbagi menjadi 3 fase yaitu:
- Fase air mani
- Fase segumpal darah
- Fase segumpal daging
Artinya :
Dari Abdullah bin Mas’ud ra.,ia berkata : Rasululla saw bercerita kepada kami, beliaulah yang benar dan dibenarkan : “Sesungguhnva penciptaan perseoranganmu terkumpul dalam perut ibunva empat puluh hari dan empat puluh malam atau empat puluh malam, kemudian menjadi segumpal darah, semisal itu (40 hari = pen) kemudian menjadi segumpal daging, semisal itu (40 hari = pen), kemudian Allah mengutus Malaikat, kemudian dipermaklumkan dengan empat kata, kemudian malaikat mencari rizkinya, ajalnya (batas hidupnya), amalnya serta celaka dan bahagianya kemudian Malaikat meniupkan ruh padanya. Sesungguhnya salah seorang di antaramu niscaya beramal dengan amal ahli (penghuni) sorga, sehingga jarak antara sorga dengan dia hanya satu hasta, namun catatan mendahuluinya, maka ia beramal dengan penghuni neraka, maka ia masuk neraka. Dan sesungguhnya salah seorang diantaramu, beramal dengan amal ahli neraka, sehingga jarak antara neraka dengan dia hanya satu hasta, namun catatan mendahuinya, maka ia beramal dengan amal penghuni sorga, maka ia masuk sorga. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Sedangkan dalam surat Al Hasyr Allah menjelaskan bahwa janin sebelum menjadi manusia sempurna juga mengalami tiga fase, yaitu:
- Taswir, yaitu digambarkan dengan bentuk garis-garis, waktunya setelah 42 hari
- Al Khalq, yaitu dibuat bagian-bagian tubuhnya
- Al Baru’, yaitu penyempurnaan terhadap bentuk janin
- Menjelaskan tentang proses kejadian manusia
- Allah memberi kesempatan hidup di dunia kepada manusia
- Usia manusia ditentukan oleh Allah SWT
- Manusia diperintahkan untuk memikirkan proses kejadiannya agar tidak sombong kepada Allah dan sesama manusia
Bacalah surat Az Zariyat berikut ini dengan fasih dan benar! Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah kepadaku.” (QS Adz Zariyat : 56)
a. Kandungan ayat
Surat Adz dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk Allah, termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT. Jadi selain fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia juga mempunya fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi vertikal), dalam hal ini adalah menyembah Allah karena sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini.
Seperti diutarakan pada surat Al Mukminun ayat 12-14 bahwa Allah SWT yang menciptakan manusia dari saripati tanah yang terkandung dalam tetesan air yang hina, yaitu air mani, oleh karenanya merupakan suatu keharusan bagi manusia untuk menyembah penciptanya, yang telah menjadikan manusia sebagai makhluk mulia diantara makhluk lainnya.
4. Surat Al Hajj ayat 5
Bacalah surat Al Hajj ayat 5 berikut ini dengan fasih, tartil, dan benar! Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. “ (QS Al Hajj : 5)
B. PROSES KEJADIAN MANUSIA
Manusia dalam pandangan Islam tediri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur-unsur sari pati tanah. Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri, yang keberadaannya dia alam baqa nanti merupakan rahasia Allah SWT. Proses kejadian manusia telah dijelaskan dalam Al Qur’anul Karim dan Hadits Rasulullah SAW.
Tentang proses kejadian manusia, Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Mukminun ayat 12 – 14 Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudain airmani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS Al Mukminun : 12-14).
Tentang proses kejadian manusia ini juga dapat dilihat dalam pada QS As Sajadah ayat 7 – 9 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya : 7. yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. 8. kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. 9. kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS As Sajadah : 7 – 9)
Dalam hadits Rasulullah SAW tentang kejadian manusia, beliau bersabda yang artinya: “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya 40 hari sebagai nutfah, kemudain sebagai alaqah seperti itu pula (40 hari), lalu sebagai mudgah seperti itu, kemudian diutus malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh kedalam tubuhnya.” (Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari r.a dan muslim)
Ketika masih berbentuk janin sampai umur empat bulan, embrio manusia belum mempunyai ruh, karena baru ditiupkan ke janin itu setelah berumur 4 bulan (4X30 hari). Oleh karena itu, yang menghidupkan tubuh manusia itu bukan roh, tetapi kehidupan itu sendiri sudah ada semenjak manusia dalam bentuk nutfah. Roh yang bersifat immateri mempunyai dua daya, yaitu daya pikir yang disebut dengan akal yang berpusat diotak, serta daya rasa yang disebut kalbu yang berpusat di dada. Keduanya merupakan substansi dai roh manusia.
C. PERANAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).
1. Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi itu.
2. Memelihara Bumi
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.
Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam).
Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara bumi dari kerusakan?, karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang dibanding yang benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan cenderung untuk berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi – nabi sebelum nabi Muhammad SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang Allah sebutkan dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4 yang berbunyi : Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya : dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar“. (QS Al Isra : 4)
Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang diciptakan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al Qashash ayat 77 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS AL Qashash : 7)
D. TUGAS MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata menyembah sebagai terjemahan dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun. Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti kehendaknya, baik secara sukarela maupun terpaksa.
1. Ibadah muhdah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata caranya, dan syarat-syarat pelaksanaannya oleh nas, baik Al Qur’an maupun hadits yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.
2. Ibadah ‘ammah (umum), yaitu pengabdian yang dilakuakn oleh manusia yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam konteks mencari keridhaan Allah SWT
Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah k=jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin. Sedankan diakhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)
Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur samapai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.
Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunayi tugas pokok di muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang dikehendaki oleh Allah SWT adlah bertauhid kepadanya, yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan kondisi, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh kepada Allah dan rasulnya, serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Taat kepada rasul berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan jiwa.
MALAIKAT (AQIDAH KELAS X)
Pengertian
Malaikat
Menurut bahasa “ مَلاَئِكَةٌ ” bentuk jama’ dari “مَلَكٌ ”. Konon malaikat berasal dari kata
“أَلُوْكَةُ ” (risalah) atau
menyampaikan pesan, dan ada yang menyatakan dari “ لأَكَ ” (mengutus) dan ada pula yang
berpendapat selain dari keduanya. Adapun menurut istilah, ia adalah salah satu
jenis mahluk Allah yang Ia ciptakan khusus untuk taat dan beribadah kepada-Nya
serta mengerjakan semua tugas-tugas-Nya (Q.S. al-Anbiya’:19-20). Malaikat
berarti mahluk langit. Sedangkan menurut istilah syara’, malaikat berarti
Mahluk ghaib yang diciptakan Allah yang berasal dari nur atau cahaya dengan
wujud dan sifat-sifat tertentu dan senantiasa mengabdi dan taat kepada Allah. Tidak diperoleh penjelasan kapan
malaikat diciptakan, tetapi diciptakan lebih awal daripada Adam, manusia
pertama (Q.S. al-Baqarah:30).
Allah telah menciptakan sejenis mahluk ghaib, yaitu malaikat
di samping mahluk lainnya. Sebagai mahluk ghaib wujud malaikat tidak dapat
dijangkau oleh pancaindra manusia, kecuali jika malaikat menampilkan diri dalam
rupa tertentu, seperti rupa manusia. Malaikat adalah hamba Allah yang mulia
(Q.S. Al-Anbiya’:26). Malaikat dibekali akal tetapi tidak mempunyai nafsu, oleh
karena itu senantiasa menyembah kepada Allah patuh atas segala perintah-Nya dan
tidak pernah berduhaka kepada-Nya (Q.S. Al-Anbiya’:27). Atas dasar ketaatan
kepada Allah pula malaikat bersedia sujud kepada manusia. Hal ini berbeda
dengan iblis yang terbuat dari nar (api) yang menentang perintah bersujud tersebut.
Dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 34:
“Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepda para
malaikat: “sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia
enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Q.S. Al-Baqarah : 34)
Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukan
sujud memperhambakan diri. Karena sujud memperhambakan diri hanya kepada Allah. Malaikat diberi tugas-tugas yang ada
hubugannya dengan wahyu, rasul, manusia, alam semesta, akhirat, di samping ada
malaikat yang diberi tugas untuk melakukan sujud kepada Allah swt. Secara terus
menerus.
Malaikat mempunyai sifat yang berbeda dengan mahluk lainnya.
Percaya kepada adanya malaikat terdapat dalam enam rukun iman yaitu pada rukun
iman kedua. Yaitu iman kepada malaikat Allah. Iman kepada malaikat, artinya
percaya bahwa malaikat adalah mahluk Allah yang senantiasa patuh pada-Nya dan
tidak pernah mendurhakai-Nya. Beriman kepada malaikat hukumnya wajib bagi
setiap orang islam (fardlu ‘ain). Orang islam yang tidak mengimani adanya
malaikat dianggap murtad dan Allah mengkafirkan orang-orang yang
mendurhakai-Nya. Perintah untuk beriman kepada malaikat ditegaskan dalam
Al-Qur’an dan Al-Hadits (Q.S. Al-Baqarah:285). Keberadaan malaikat ditetapkan
berdasarkan dalil-dalil yang qath’iy
(pasti), sehingga mengingkarinya adalah kufur berdasarkan ijma’ umat islam, karena ingkar kepada mereka berarti menyalahi
kebenaran al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan izin Allah sewaktu-waktu dapat
menjelma ke alam materi, sebagaimana pernah terjadi pada zaman rasul dahulu.
Tanda-tanda beriman pada malaikat ada yang berupa sikap
mental yakni pikiran dan perasaan, ada pula yang berupa sikap lahir yaitu
ucapan dan perbuatan. Tanda-tanda beriman yang berupa sikap mental itu bersiat
abstrak, tidak dapat diketahui dengan pancaindra dan yang mengetahuinya
individu itu sendiri dan Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib
dan yang nyata (syahadah).
Mengacu
kepada ajaran-ajaran Allah yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits,
tanda-tanda beriman kepada malaikat yang berupa sikap mental itu seperti:
1. Meyakini dalam hati bahwa malaikat adalah mahluk yang lebih
dulu diciptakan Allah daripada manusia, asal kejadiannya dari nur atau cahaya.
Tempat tinggal tetap malaikat adalah di langit, dan dalam rangka melaksanakan
perintah Allah setiap saat mereka turun ke bumi(Q.S. Maryam:64).
2. Meyakini dalam hati bahwa malaikat bersifat ghaib, tidak
dapat dilihat oleh manusia biasa, senantiasa mentaati perintah Allah dan tidak
pernah mendurhakai-Nya, tidak berjenis laki-laki ataupun wanita, tidak memiliki
hawa nafsu dan tidak beranak atau diperanakkan, tidak membutuhkan makanan dan
segala apa yang bermateri, para malaikat tidak akan mengalami kematian sebelum
datang hari kiamat, para malaikat hanya bisa mengerjakan apa yang hanya
diperintahkan oleh Allah, tidak memiliki inisiatif untuk berbuat lain, dan para
malaikat itu diciptakan Allah untuk tugas-tugas tertentu(Q.S An-Nur:50 dan Q.S.
At-Tahrim:6).
3. Meyakini bahwa tugas malikat itu bermacam-macam, ada yang
berkaitan dengan alam ruhani dan ada pula yang berhubungan dengan alam dunia,
khususnya umat manusia.
4. Meyakini bahwa orang-orang beriman dan beramal shaleh itu
kedudukannya lebih tinggi dari pada para malaikat. Karena ilmu para manusia
lebih tinggi daripada para malaikat (Q.S. Al-Baqarah:30-34).
Mengenai tanda-tanda beriman kepada
para malaikat yang berupa sikap lahir, yaitu ucapan dan perbuatan,antara lain:
1. Pernyataan lisan bahwa ia percaya kepada adanya malaikat dan
sifat-sifatnya sesuai dengan penjelasan Al-Qur’an dan Hadits.
2. Melakukan perbuatan-perbuatan yang mencerminkan beriman
kepada malaikat.
Contoh perilaku beriman kepada para malaikat:
1. Selalu berkata yang baik-baik dan kalau tidak bisa lebih
baik diam (H.R. Bukhari dan Muslim).
2. Perilakunya senantiasa mendatangkan manfaat bagi pelakunya
dan orang lain.
3. Perilaku orang beriman dan orang beriman lainnya akan saling
membantu dan menguatkan dalam hal-hal positif yang diridhai Allah (H.R.
Muslim).
4. Kalau berada pada situasi yang menyenangkan ia akan
bersyukur kepada Allah dengan cara dengan cara memelihara dan meningkatkan
takwa. Sedangkan kalau berada pada situasi susah, ia akan bersabar, tidak
gelisah dan berkeluh kesah dan tetap bertakwa kepada Allah.
5. Malu kalau berbuat dosa, karena ia yakin perbuatannya selalu
dicatat malaikat.
Sebagai mahluk immaterial, malaikat
mempunyai ciri-ciri diantaranya:
1. Mereka adalah mahluk yang selalu
takut dan patuh kepada Allah.
2. Mereka adalah mahluk yang tidak
pernah berbuat dosa dan bermaksiat.
3. Mereka dalah mahluk yang tidak
pernah sombong dan selalu bertasbih kepada Allah.
Ibadah Para Malaikat
Para malaikat diciptakan untuk senantiasa beribadah dan
menaati perintah Allah. Dalam ibadahnya tidak dikenal istilah patah semangat
dan mengendur. Ibadah-ibadah yang dilakukan oleh para malaikat adalah:
a. Senantiasa membaca tasbih sebagai dzikir paling agung yang
dikerjakan para malikat secara terus menerus.
b. Malaikat melakukan shalat.
c. Melaksankan ibadah haji. Malaikat memiliki ka’bah khusus di
langit ketujuh yang dengannya mereka menjalankan ibadah haji. Allah menamainya
dengan Baitul Ma’mur.
d. Sangat takut kepada Allah. Pengetahuan yang mendalam
terhadap Allah menyebabkan rasa takut mereka kepada Allah sangat besar.
Rasa Malu dan Disiplin Para Malaikat
Di samping rasa malu, para malaikat
pun memiliki kedisiplinan tinggi dan teratur dalm berbagai perkara. Pada hari
kiamat para malaikat akn berbaris dengan
teratur. Kita pun dapat melihat keisiplinan malaikat melalui hadist Isra’
Mi’raj. Di dalam hadist tersebut I sebutkan bahwa malikat Jibril tidak diiizinkan masuk di setiap pintu langit
sebelum di tanya dengan beberapa pertanyaan.
Kepercayaan Manusia Tentang Malaikat
Sebelum Islam
Wujud malaikat diakui dan tidak
diperselisihkan oleh umat manusia sejak dahulu kala. Sebagaimana tidak seorang
jahiliyah pun diketahui mengingkarinya, meskipun cara penetapannya berbeda-beda
antara pengikut para Nabi dan yang lainnya.
Orang-orang musyrik menyangka para malaikat itu anak-anak perempuan
Allah –Subhanallah (Mahasuci Allah)-. Allah telah membantah mereka dan
menjelaskan tentang ketidaktahuan mereka dalam (Q.S. Ash-Shaffat:150-152).
Macam-Macam
Malaikat
Malaikat adalah hamba Allah yang
dimuliakan dan utusan Allah yang dipercaya. Allah menciptakan mereka khusus
untuk beribadah kepada-Nya. Mereka bukanlah putra putri Allah dan bukan pula
putra putrid selain Allah. Mereka membawa risalah Tuhannya, dan menunaikan
tugas masing-masing di ala mini. Mereka juga bermacam-macam dan masing-masing
mempunyai tugas khusus.
Jumlah malaikat sangat banyak, tidak
terhingga dan hanya Allah yang mengetahuinya (Q.S. Al-Mudatsir:31). Mereka
memiliki tugas dan pangkat yang berbeda satu sama lain. Sebagian dari mereka
disebut namanya, dan sebagian lainnya disebutkan tugasnya saja.
Diantara nama-nama malaikat adalah sebagai berikut:
1.
Malaikat Jibril
2.
Malaikat Mikail
3.
Malaikat Israfil
4.
Malaikat Izrail
5.
Malaikat Raqib dan Atid
6.
Malaikat Munkar dan Nakir
7.
Malaikat Malik
8.
Malaikat Ridwan
Tugas-Tugas
Malaikat
Pengetahuan manusia tentang malaikat
terbatas pada keterangan yang diungkapakan dalam Alquan dan Hadist Rasul. Iman
kepada malaikat akan memberikan pengaruh kejiwaan yang cukup besar, seperti
kejujuran, ketabahan, dan keberanian. Adapun tugas-tugas malaikat sebagaimana
di jelaskan dalam Alquran. Jumlah malaikat sangat banyak, tidak terhingga dan
hanya Allah yang mengetahuinya. Mereka memiliki tugas dan pangkat yang berbeda
satu sama lain. Sebagian dari mereka disebut namanya, dan sebagian lainnya
disebutkan tugasnya saja.
Diantara nama-nama dan tugas-tugas malaikat adalah sebagai
berikut:
1.
Malaikat Jibril: bertugas
menyampaikan wahyu kepda para nabi dan rasul, sejak nabi Adam sampai dengan
Rasul Nabi Mmuhammad. Nama lain dari Jibril adalah Ruhul Quds (Q.S.
An-Nahl:102) dan Ruh al-Amin (Q.S. Asy-Syuara:193).
2.
Malaikat Mikail: mengatur pembagian
rizki kepada seluruh mahluk, seperti: makanan, minuman, dan menurunkan hujan.
3.
Malaikat Israfil: bertugas meniup
sangkakala pada hari kiamat dan hai kebangkitan (Q.S. Al-Haqqah:13-16, Q.S.
Az-Zumar:68, Q.S. Ibrahim:48).
4.
Malaikat Izrail: malaikat maut
bertugas mencabut nyawa manusia dan seluruh mahluk hidup lainnya.
5.
Malaikat Raqib dan Atid: bertugas
mencatat seluruh tingkah laku, perbuatan manusia. Raqib untuk yang baik, dan
Atid untuk yang jahat (Q.S. Qaf: 16-18).
6.
Malaikat Munkar dan Nakir: bertugas
memberikan pertanyaan-pertanyaan pada setiap manusia, di alam kubur.
7. Malaikat Malik: bertugas sebagai
penjaga neraka dan meminpin para malaikat menyiksa penghuni neraka (Q.S.
At-Tahrim:6, Q.S. Al-Zukhruf: 77).
8.
Malaikat Ridwan: bertugas sebagai
penjaga surge (Q.S. Ar-Ra’d:23-24).
Di bawah ini di antara malaikat yang
tidak di ketahui nama-namanya namun diketahui tugas-tugasnya sebagai berikut:
1.
Malaikat lain ada yang menurunkan
wahyu kepada abdi-abdi Allah yang dikehendaki-Nya.
2.
Malaikat ada yang bertugas
meneguhkan hati mukminin atau Rasul.
3.
Malaikat ada yang mendoakan kaum
muslimin.
4.
Malaikat ada yang menjadi kawan atau
penjaga orang-orang mukmin.
5.
Malaikat ada yang bertugas
melaksanakan hukuman Allah bagi manusia.
6.
Ada malaikat yang memohonkan ampunan
bagi manusia.
7.
Ada malaikat yang membaca shalawat
atas Nabi Muhammad saw.
8.
Malaikat ada yang bertugas member
salam dan keselmatan kepada ahli surga.
Tugas Malaikat bagi Manusia pada
Umumnya
Malaikat mengawasi dan memberikan
perhatian pada manusia ketika diciptakan, memelihara manusia ketika dilahirkan,
serta mengambil ruh manusia ketika ajal datang. Malaikat pun bbertugas membawa
wahyu dari Allah bagi manusia.
Tugas lain yang diemban malaikat
adalah menjadi pendaming manusia. Hadits yang terdapat pada shahih muslum telah
mempertegas hal itu. Dapat dikatakan bahwa malaikat yang menjadi pendamping
manusia itu adalah malikat yang ditugaskan untuk memelhara amal manusia.
Sementara itu dua pendamping manusia yang terdiri atas jin dan malikat senantiasa
berada dalam kondisi bertentangan. Jin mengajak manusia untuk berbuat jahat,
sedangkat malaikat mengajak manusia untuk berbuat kebaikan. Siapapun yang
mmemperoleh bisikan malaikat harus bersyukur dan memuji Allah. Jika yang
diperolehnya adalah bisikan syetan, secepatnya dia harus berlindung kepada
Allah dari godaan syetan yang terkutuk.
Lain halnya dengan malaikat Jibril, setiap malam bulan
Ramadhan, biasa mendatangi Rasulullah saw, untuk bertadarus Al-qur’an. Tugas
lain yang diemban oleh malaikat adalah mengawasi amal perbuatan manusia.
Tugas Malaikat Bagi Orang Beriman
Salah satu syarat seseorang dikatakan beriman adalah keimanan kepada
malikat yang mulia. Tugas yang dibebankan Allah kepada malikat untuk
kepentingan manusia, adalah meniupkan ruh kepada janin, baik itu manusia
beriman maaupun kafir, memelihara seluruh manusia, menyampaikan wahyu,
mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia serta mencabut ruh manusia atas
perintaah llah. Malaikat pun memiliki tugas khusus terhadap orang-oraang
beriman, yaitu:
a.
Memberikan kecintaan kepada
orang-orang beriman
b.
Meluruskan jalan kehidupan
orang-orang yang beriman
c.
Membacakan shalawat bagi orang-orang
yang melakukaan hal-hal berikut ini:
1. Mengajarkan kebaikan kepada orang
lain;
2. Mengimami shalat di masjid;
3. Shalat pada shaf pertama;
4. Tidak lansung beranjak dari tempat
shalat;
5. Merapatkan (mengisi) shaf yang
kosong ketika shalat;
6. Makan saur untuk shaum;
7. Membaca shalwat untuk Rasululah saw;
serta
8. Menjenguk orang yang sakit.
d.
Mengamini doa-doa orang yang beriman
e. Membacakan isighfar atau permohonan
ampunan Allah bagi orang-orang yang beriman
f.
Menghadiri majelis ilmu dan dzikir,
serta enaungi orang-orang beriman yang berad di mjelis tersebut dengan
sayap-sayapnya
g.
Mencatat pahala bagi orang yang
melaksanakan shalat jum’at
h.
Melakukan pergiliran dalam tugas
i.
Turun di tempat yang di dalamnya terdapat pembacaan Al-Qur’an
j.
Menyampaikan salam dari Rasul dari
umatnya
k.
Memasuki barisan orang-orang beriman
ketika berperang dalam meneguhkan jiwa mereka
l.
Memberikan kabar gembira kepada
orang-orang yang beriman
m.
Memelihara atau melindungi
Rasulullah saw
n.
Memelihara orang beriman yang shaleh
dan senantiasa meneguhkan pendirian mereka
o.
Melayat jenazah orang shaleh
p.
Menaungi orang yang mati syahid
dengan sayapnya
q.
Melindungi Mekkah dan Madinah dari
dajjal
r.
Mengucapkan amin ketika orang muslim
mengucapkan amin dan itu menambah pahala bagi seseorang yang mengucapkan amin
s.
Menghibur orang beriman ketika
mereka berada dalam ketakutan.
Penerapan Iman Kepada Malaikat Allah
1. Gemar shalat berjamah, karena ada
keyakina bahwa malaikat selalu menghadiri shalat berjamaah (H.R. Ahmad, Abu
Dawud dan Nasai).
2. Gemar beramal seperti mnyantuni anak
yatim, terlantar dan mmberi bantuan harta kepada para fakir miskin. Hal ini
disebabkan antara lain adanya keyakinan bahwa malaikat selalu mendoakan orang yang
berperilaku dermawan, agar harta yang dibelanjakan di jalan Allah itu menjadi
berkah (H.R. Muslim).
3. Gemar menuntut ilmu, lalu
mengajarkannya kepada orang lain (H.R. Abu Daud dan Turmuzi).
4. Gemar membaca Al-Qur’an. Karena
ketika Al Qur’an dibacakan, malaikat akan hadir dan mendengarkan.
Kita telah mengetahui tugas, pekerjaan, dan keutamaan
malikat sehingga sebagai seorang mukminn, kita waib melakukan hal-hal berikut
ini:
a. Menghindari perbuatan maksiat dan
dosa-dosa yang dapat menyakiti dan mengecewakan hati malaikat
b. Menjauhi hal-hal yang dibenci oleh para
malaikat dan juga dibenci oleh manusia
Karena malaikat akan merasa terganggu akibat hal—hal yang mengganggu manusia.
c. Tidak meludah ke sebelah kanan
ketika shalat.
d. Mencintai dan menghormati mereka
dengan tidak membeda-bedakan mereka seperti
yang dilakukan oleh oorang yahudi.
Hikmah Beriman pada Malaikat
1. Lebih mengenal kebesaran dan
kekuasaan Allah yang menciptakan dan menugaskan para malaikat tersebut.
2. Lebih bersyukur kepada Allah atas
perhatian dan perlindungan Allah terhadap hamba-Nya dengan menugaskan para
mlaikat untuk menjaga, membantu dan mendoakan hamba-hamba-Nya.
3. Berusaha berbuat kebaikan dan
menjauhi segala kemaksiatan serta senantiasa ingat kepada Allah sebab para
malaikat mencatat dan mengawasi amal perbuatan manusia (Q.S.
Al-Infithar:10-12).
4. Tidak berperilaku sombong, sebab
para malaikat tidak memiliki watak sombong (Q.S. An-Nahl: 49).
5. Selalu teringat akan balasan Allah
ketika malaikat mencabut nyawa (Q.S. Muhammad:27).
TOLERANSI (AL QUR`AN KELAS XI)
Toleransi
berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang berarti
dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah
suatu sikap atau perilakumanusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana
seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.
Toleransi adalah
istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam
suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut
mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah
toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi "kelompok" yang
lebih luas, misalnya partai politik, orientasi
seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik
mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari kaum liberal maupun konservatif.
Artinya
: Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an, dan di antaranya
ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui
tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, maka
katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri
terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu
kerjakan”. ( QS Yunus 40-41 )
Dalam
ayat 40 ini, Allah SWT menjelaskan bahwa orang yang pernah menerima seruan
dakwah Nabi Muhammad, ada orang-orang yang berIman kepada Al-Qur’an dan
mengikutinya serta memperoleh manfaat dari risalah yang di sampaikannya. Tapi
ada juga yang tidak beriman kepada nabi Muhammad, mereka mati dalam kekafiran.
Pada
ayat yang ke 41 surat Yunus, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan
diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan
orang lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar.
ISI
KANDUNGAN SURAH YUNUS AYAT 40-41
1. Ada
golongan umat manusia yang beriman terhadap Al-Qur'an dan ada yang tidak
beriman kepada Al-Qur'an.
2. Allah
SWT mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang bertakwa kepada
Allah SWT dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah
SWT.
3. Orang-orang
yang beriman kepada Allah SWT (umat Islam) harus yakin bahwa Rasul Allah SWT
yang terakhir adalah Nabi Muhammad SWT dan Al-Qur'an adalah kitab suci yang
harus dijadikan pedoman hidup umat manusia sampai akhir zaman.
Umat
Islam harus menyadari bahwa setiap amal perbuatan manusia baik ataupun buruk
diketahui oleh Allah SWT. Dan masing-masing orang akan memikul dosanya
sendiri-sendiri.
|
||
مِنۡ اَجۡلِ ذٰ لِكَ ۛؔ ۚ كَتَبۡنَا عَلٰى بَنِىۡۤ اِسۡرَآءِيۡلَ
اَنَّهٗ مَنۡ قَتَلَ نَفۡسًۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ اَوۡ فَسَادٍ فِى الۡاَرۡضِ
فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيۡعًا ؕ وَمَنۡ اَحۡيَاهَا فَكَاَنَّمَاۤ
اَحۡيَا النَّاسَ جَمِيۡعًا ؕ وَلَـقَدۡ جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُنَا بِالۡبَيِّنٰتِ
ثُمَّ اِنَّ كَثِيۡرًا مِّنۡهُمۡ بَعۡدَ ذٰ لِكَ فِى الۡاَرۡضِ لَمُسۡرِفُوۡنَ
﴿۳۲﴾
|
ARTINYA
:
Dengan
sebab (kisah pembunuhan kejam) yang demikian itu Kami tetapkan atas Bani
Isra`il, bahawasanya sesiapa yang membunuh seorang manusia dengan tiada alasan
yang membolehkan membunuh orang itu, atau (kerana) melakukan kerosakan di muka
bumi, maka seolah-olah dia telah membunuh manusia semuanya dan sesiapa yang
menjaga keselamatan hidup seorang manusia, maka seolah-olah dia telah menjaga
keselamatan hidup manusia semuanya. Dan demi sesungguhnya, telah datang kepada
mereka Rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan yang cukup terang kemudian,
sesungguhnya kebanyakan dari mereka sesudah itu, sungguh-sungguh menjadi
orang-orang yang melampaui batas (melakuan kerosakan) di muka bumi.
Ayat
tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
a. Nasib
manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah
kemanusiaan merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Karena
itu, terputusnya sebuah mata rantai akan mengakibatkan musnahnya
sejumlah besar umat manusia.
b. Nilai
suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka. Pembunuhan seorang manusia
dengan maksud jahat, merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi eksekusi
terhadap seorang pembunuh dalam rangka qishash merupakan sumber
kehidupan masyarakat.
Mereka
yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia,
seperti para dokter dan perawat, harus mengerti nilai pekerjaan mereka.
Menyembuhkan atau menyelamatkan orang yang sakit dari kematian, bagaikan
menyelamatkan sebuah masyarakat dari kehancuran
Hadis yang Terkait
Dalam
hadis Rasulullah saw. ternyata cukup banyak ditemukan hadis-hadis yang
memberikan perhatian secara verbal tentang toleransi sebagai karakter ajaran
inti Islam. Hal ini tentu menjadi pendorong yang kuat untuk menelusuri
ajaran toleransi dalam Alquran, sebab apa yang disampaikan dalam hadis
merupakan manifestasi dari apa yang disampaikan dalam Alquran.
Di
dalam salah satu hadis Rasulullah saw., beliau bersabda :
حَدَّثَنِا عبد الله حدثنى أبى حدثنى يَزِيدُ قَالَ أنا مُحَمَّدُ
بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ اْلأَدْيَانِ
أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ.
[Telah menceritakan
kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah menceritakan
kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq
dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan
kepada Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh
Allah?" maka beliau bersabda: "Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang
lurus lagi toleran)]"
Ibn
Hajar al-Asqalany ketika menjelaskan hadis ini, beliau berkata: “Hadis ini
di riwayatkan oleh Al-Bukhari pada kitab Iman, Bab Agama itu Mudah” di
dalam sahihnya secara mu'allaq dengan tidak menyebutkan sanadnya
karena tidak termasuk dalam kategori syarat-syarat hadis sahih menurut Imam
al-Bukhari, akan tetapi beliau menyebutkan sanadnya secara lengkap dalam al-Adâb
al-Mufrad yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibn ‘Abbas dengan
sanad yang hasan. Sementara Syekh
Nasiruddin al-Albani mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang kedudukannya
adalah hasan lighairih.”
Berdasarkan
hadis di atas dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama yang toleran dalam
berbagai aspeknya, baik dari aspek akidah maupun syariah, akan tetapi toleransi
dalam Islam lebih dititikberatkan pada wilayah mua’malah. Rasulullah saw.
bersabda :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَيَّاشٍ حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ
مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّفٍ قَالَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ عَنْ
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا
بَاعَ وَإِذَا اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى.
[Telah
menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Ayyasy telah menceritakan kepada kami Abu
Ghassan Muhammad bin Mutarrif berkata, telah menceritakan kepada saya Muhammad
bin al-Munkadir dari Jabir bin 'Abdullah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"Allah merahmati orang yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli,
dan ketika memutuskan perkara"].
Imam
al-Bukhari memberikan makna pada kata ‘as-samâhah’ dalam hadis ini
dengan kata kemudahan, yaitu pada “Bab Kemudahan dan Toleransi dalam
Jual-Beli”. Sementara Ibn Hajar al-‘Asqalâni ketika mengomentari hadis ini
beliau berkata: "Hadis ini menunjukkan anjuran untuk toleransi dalam
interaksi sosial dan menggunakan akhlak mulia dan budi yang luhur dengan
meninggalkan kekikiran terhadap diri sendiri, selain itu juga menganjurkan
untuk tidak mempersulit manusia dalam mengambil hak-hak mereka serta menerima
maaf dari mereka.
Islam
sejak diturunkan berlandaskan pada asas kemudahan, sebagai-mana Rasulullah
saw. bersabda :
حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلاَمِ بْنُ مُطَهَّرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عُمَرُ
بْنُ عَلِيٍّ عَنْ مَعْنِ بْنِ مُحَمَّدٍ الْغِفَارِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي
سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ
إِلاَّ غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا
بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ.
[Telah
menceritakan kepada kami Abdus Salam bin Muthahhar berkata, telah menceritakan
kepada kami Umar bin Ali dari Ma'an bin Muhammad Al Ghifari dari Sa'id bin Abu
Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang
mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit). Maka
berlakulah lurus kalian, men-dekatlah (kepada yang benar) dan berilah kabar
gembira dan minta tolong-lah dengan al-ghadwah(berangkat di awal pagi)
dan ar-ruhah (berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah (berangkat
di waktu malam)"].
Ibn
Hajar al-‘Asqalâni berkata bahwa makna hadis ini adalah larangan bersikaptasyaddud (keras)
dalam agama yaitu ketika seseorang memaksa-kan diri dalam melakukan ibadah
sementara ia tidak mampu melaksana-kannya itulah maksud dari kata : "Dan
sama sekali tidak seseorang berlaku keras dalam agama kecuali akan
terkalahkan" artinya bahwa agama tidak dilaksanakan dalam bentuk
pemaksaan maka barang siapa yang memaksakan atau berlaku keras dalam agama,
maka agama akan mengalahkannya dan menghentikan tindakannya.
Dalam
riwayat lain disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. datang kepada
‘Aisyah ra., pada waktu itu terdapat seorang wanita bersama ‘Aisyah ra., wanita
tersebut memberitahukan kepada Rasulullah saw. perihal salatnya, kemudian
Rasulullah saw. bersabda :
مَهْ، عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ فَوَاللَّهِ لَا يَمَلُّ اللَّهُ
حَتَّى تَمَلُّوا وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَادَامَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ
["Hentikan,
Kerjakan apa yang sanggup kalian kerjakan, dan demi Allah sesungguhnya Allah
tidak bosan hingga kalian bosan, dan Agama yang paling dicintai disisi-Nya
adalah yang dilaksanakan oleh pemeluknya secara konsisten"
Hadis
ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. tidak memuji amalan-amalan yang
dilaksanakan oleh wanita tersebut, dimana wanita itu menberitahukan kepada
Rasulullah saw. tentang salat malamnya yang membuatnya tidak tidur pada malam
hari hanya bertujuan untuk mengerja-kannya, hal ini ditunjukkan ketika
Rasulullah saw. memerintahkan kepada ‘Aisyah ra. untuk menghentikan cerita sang
wanita, sebab amalan yang dilaksanakannya itu tidak pantas untuk dipuji secara
syariat karena di dalamnya mengandung unsur memaksakan diri dalam menjalankan
ajaran-ajaran Islam, sementara Islam melarang akan hal tersebut sebagaimana
yang ditunjukkan pada hadis sebelumnya.
Keterangan
ini menunjukkan bahwa di dalam agama sekalipun terkandung nilai-nilai
toleransi, kemudahan, keramahan, dan kerahmatan yang sejalan dengan keuniversalannya
sehingga menjadi agama yang relevan pada setiap tempat dan zaman bagi setiap
kelompok masyarakat dan umat manusia.
Terdapat
banyak ayat-ayat Alquran yang menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang sarat
dengan kemudahan di antaranya adalah firman Allah swt:
---هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ
حَرَجٍ ---
[Dia
telah memilih kamu. Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan].
Pada
ayat lain Allah berfirman :
---يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ
الْعُسْرَ ---
Selanjutnya,
di dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah saw. bersabda :
"هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ" قَالَهَا ثَلَاثً
["Kehancuran
bagi mereka yang melampaui batas" diulangi sebanyak tiga kali”].
Kata "al-Mutanatti'un" adalah
orang-orang yang berlebihan dan me-lampaui batas dalam menjelaskan dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama. Al-Qâdi ‘Iyad
mengatakan bahwa, maksud dari kehancuran mereka adalah di akhirat. Hadis
ini merupakan peringatan untuk menghindari sifat keras dan berlebihan dalam
melaksanakan ajaran agama.
Toleransi
dalam Islam bukan berarti bersikap sinkretis. Pemahaman yang sinkretis dalam
toleransi beragama merupakan dan kesalahan dalam memahami arti tasâmuh yang
berarti menghargai, yang dapat mengakibat-kan pencampuran antar yang hak dan
yang batil (talbisu al-haq bi al-bâtil), karena sikap sinkretis adalah sikap
yang menganggap semua agama sama. Sementara sikap toleransi dalam Islam adalah
sikap menghargai dan menghormati keyakinan dan agama lain di luar Islam, bukan
menyamakan atau mensederajatkannya dengan keyakinan Islam itu sendiri.
Pada
ayat ini terdapat perintah untuk mengajak para ahli kitab dari kalangan Yahudi
dan Nasrani untuk menyembah kepada Tuhan yang tunggal dan tidak mempertuhankan
manusia tanpa paksaan dan kekerasan sebab dalam dakwah Islam tidak mengenal
paksaan untuk beriman sebagaimana Allah swt. berfirman:
لآإِكْرَاهَ فِيْ الدِّيْنِ
Dalam
beberapa riwayat diketahui Rasulullah saw. Juga mendoakan agar
Allah swt. memberikan kepada mereka (kaum musyrik) hidayah untuk beriman kepada-Nya
dan kepada risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw. Diantara riwayat-riwayat
tersebut adalah kisah qabilah Daus yang menolak dakwah Islam yang disampaikan
oleh Tufail bin Amr ad-Dausi, kemudian sampai hal ini kepada Rasulullah
saw., lalu beliau berdo'a :
"اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا وَأْتِ بِهِمْ"
[Ya
Allah, tunjukilah qabilah Daus hidayah dan berikan hal itu kepada mereka]
Berdasarkan
riwayat di atas, maka benarlah bahwa Rasulullah saw. diutus menjadi rahmat bagi
seluruh alam. Beliau tidak tergesa-gesa mendoakan mereka (orang kafir) dalam
kehancuran, selama masih terdapat kemungkinan diantara mereka untuk menerima
dakwah Islam, sebab beliau masih mengharapkannya masuk Islam. Adapun kepada
mereka yang telah sampai dakwah selama beberapa tahun lamanya, tetapi
tidak terdapat tanda-tanda kenginan untuk menerima dakwah Islam dan
dikhawatirkan bahaya yang besar akan datang dari mereka seperti pembesar kaum
musyrik Quraisy (Abu Jahal dan Abu Lahab dkk), barulah Rasulullah mendoakan
kehancuran atas nama mereka.
Sikap
Rasululullah saw yang mendoakan dan mengharapkan orang-orang musyrik
supaya menjadi bagian umat Islam, menguatkan bahwa Rasulullah saw. diutus
membawa misi toleransi, sebagaimana sabda beliau;
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي
لَمْ أُبْعَثْ بِالْيَهُودِيَّةِ وَلاَ بِالنَّصْرَانِيَّةِ وَلَكِنِّي بُعِثْتُ
بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ
[Maka
Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya aku tidak diutus untuk orang-orang
Yahudi dan Nasrani, akan tetapi aku diutus untuk orang-orang yang lurus
terpuji.”
Iman kepada Allah dan alam akhirat tertanam jauh di dalam lubuk jiwa para nabi, hingga sampai pada tingkatan yakin dan syuhûd (penyaksian batin). Mereka bersentuhan dengan alam gaib dan sedikit pun tidak meragukan apa yang diperintahkan Allah Swt kepada mereka. Mereka bersandar pada kekuasaan Tuhan yang tiada batas dan tidak merasa takut sedikit pun kepada kekuatan apapun selain Allah Swt. Aral dan rintangan dari para musuh tidak menggoyahkan tekad mereka yang kukuh. Dengan konsisten dan teguh, para nabi selalu berusaha menyelesaikan problem-problem sosial. Keyakinan dan keteguhan ini dapat dianggap sebagai salah satu faktor penting kesuksesan mereka. Sangatlah menarik dan bermanfaat menelaah kehidupan dan kerja keras para nabi. Kami bawakan beberapa contoh di bawah ini:
Keteguhan Nabi Ibrahim as
Nabi agung ini bangkit melawan kesyirikan dan pemujaan berhala. Berdiri memberontak kekuatan tagut Namrud sang pelindung dan penyembah berhala. Ia tidak takut pada kekuatan besarnya dan dengan yakin ia berkata, Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya (QS. al-Anbiya:57).
Ia bangkit sendirian untuk menghancurkan berhala-berhala. Pada suatu hari para pemuja berhala pergi ke luar kota. Ia masuk ke dalam rumah berhala besar dan menggulingkan berhala-berhalanya. Di pengadilan si tagut Namrud ia dihukum dengan dibakar dalam api, karena telah menghancurkan berhala-berhala. Tapi tak sedikit pun ia menampakkan kelemahan dan rasa sedih. Malah ia begitu kukuh dalam mempertahankan keyakinannya. Bahkan ketika dilempar dengan ketapel besar (manjanik) ke tengah kobaran api, beliau tidak meminta pertolongan kepada siapa pun kecuali kepada Allah. Hingga dengan kehendak Allah api itu menjadi sejuk dan menyelamatkan Nabi Ibrahim as.
Keteguhan Nabi Ibrahim as dalam melawan pemujaan berhala dan penegakkan Tauhid sampai batas seperti digambarkan oleh al-Quran disifati sebagai merepresentasikan kekuatan satu umat,
Keteguhan Nabi Musa as
Nabi Musa as diutus menjadi rasul. Ia diperintahkan untuk menyampaikan kenabiannya dan menyelamatkan kaum teraniaya, Bani Israil, dari tangan si Tagut Fir’aun dan agar ia menasihatinya. Dengan pakaian sederhana dan sebuah tongkat beliau menemui saudaranya, Harun. Tanpa rasa takut dan goyah sedikit pun, ia pergi ke istana besar Fir’aun yang zalim. Dengan penuh rasa percaya diri beliau berkata, “Hai Fir’aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan Semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku (QS. al-A’raf:104-105).
Untuk mengajak umat kepada tauhid dan menyelamatkan Bani Israil, Nabi Musa bertahun-tahun melawan Fir’aun yang zalim dan pemerintahannya yang sewenang-wenang. Beliau bersabar dan teguh di hadapan semua masalah dan siksaan para pengikut Fir’aun. Pada saat yang sama beliau menyeru Bani Israil kepada kesabaran dan keteguhan di tengah kesulitan dan penderitaan yang mereka alami.
Kaum Musa yang sudah tidak kuat untuk bersabar lagi menimpali, “Kami telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang.” (QS. al-A’raf:129).
Untuk memberikan spirit kepada mereka, Nabi Musa berkata, “Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi-(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu.” (QS. al-A’raf:129).
Sedemikian teguhnya Nabi Musa dalam melaksanakan tugasnya yang penting dan beresiko ini, hingga pada akhirnya berhasil juga membinasakan Fir’aun dan menggulingkan rezim kezalimannya. Ia selamatkan Bani Israil dari kehinaan perbudakan, kezaliman, siksaan dan kesadisan orang-orang Fir’aun.
Keteguhan Nabi Muhammad saw
Nabi Muhammad saw juga adalah sosok pejuang yang bangkit melawan di hadapan kesyirikan dan pemujaan berhala. Dengan tekad yang kukuh dan niat yang bulat, beliau berupaya untuk mencapai tujuan tinggi ini. Beliau bersikap konsisten ketika dihadapkan kepada berbagai macam ujian. Sepanjang dua puluh tiga tahun, beliau sekuat tenaga menghadapi ratusan problem dengan tidak menampakkan kelemahan dan keraguan sedikit pun. Karena beliau telah diperintahkan oleh Allah agar tabah di jalan mencapai puncak tujuan ini. Dalam al-Quran diterangkan, Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Hud:112).
Nabi saw di sepanjang masa risalah, bahkan di awal dakwah, menjelaskan risalah beliau dengan tegas dan pasti. Beliau tidak gentar sedikit pun dengan banyaknya musuh. Saat itu turun ayat,
Beliau diperintahkan mengumumkan dakwah beliau. Beliau menyuruh Ali bin Abi Thalib as menyiapkan makanan dan mengundang karib kerabat, untuk menyeru mereka kepada Islam. Maka Ali as pun mempersiapkan makanan sesuai pesan Rasulullah (saw) dan kemudian mengundang sekitar empat puluh orang kerabat dekat. Setelah makan, ketika beliau hendak bicara, Abu Lahab mencegah beliau saw hingga para tamu bubar. Ali bin Abi Thalib as mengatakan, “Untuk kedua kalinya atas perintah Nabi aku laksanakan tugas ini. Kali ini pun mereka tidak mengizinkan beliau berbicara. Ketiga kalinya, aku kembali mengundang. Kali ini Nabi usai acara makan berkata,
‘Hai Bani Abdul Muthalib, demi Allah tidak kutemukan seorang pemuda di Arab yang memiliki tugas untuk kaumnya lebih baik dariku. Aku tawarkan kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat. Allah telah memerintahkanku untuk menyeru kalian kepadanya.
Siapakah yang akan membantuku dalam urusan ini supaya ia menjadi washî (pengemban wasiat) dan wakilku?’ [Imam Ali as melaporkan reaksi mereka bahwa] Mereka semua berpaling dan menolak.
Maka aku meski yang termuda, tetapi paling tajam pandangan serta paling cermat dari mereka, berkata, ‘Akulah wahai utusan Allah, yang bersedia sebagai wakil dan pembantumu.’
Beliau menepuk pundakku seraya berkata, ‘Ini saudaraku, washî-ku dan khalifahku di tengah kalian. Dengarkanlah ia dan taatilah ia!’
Kemudian para hadirin berdiri sambil tertawa dan berkata kepada Abu Thalib, ‘Ia menyuruhmu agar kamu dengarkan anakmu dan mematuhi perintahnya.’”[14]
Kaum musyrik menggunakan segala cara untuk menghalangi pesan Muhammad saw. Tetapi beliau tetap sedemikian teguh. Suatu hari para tokoh Quraisy pergi menemui Abu Thalib, paman Nabi saw. Mereka mengatakan, “Hai Abu Thalib, Anda seorang tua dan lelaki mulia. Kami sebelumnya telah memohon kepada Anda agar mencegah keponakan Anda itu, tetapi tidak Anda lakukan. Demi Allah, kami tidak akan sabar atas keadaan ini. Orang yang telah mencela tuhan-tuhan dan ayah-ayah kami ini, akankah Anda mencegah dia atau kami sendiri harus memerangi dia dan Anda sekalian, sampai binasa salah satu dari kita.”
Bolak baliknya kaum kafir dan kebencian mereka menjadikan Abu Thalib sangat tertekan. Di satu sisi, beliau sangat keberatan untuk menolak Islam dan di sisi lain tidak kuasa untuk menolak permintaan mereka agar menahan Nabi saw. Maka ia mengutus seorang ajudan untuk menyampaikan hal tersebut kepada Nabi saw, dengan mengatakan, “Jagalah dirimu dan diriku! Aku sama sekali tidak berdaya, maka janganlah kamu membebani diriku!” Nabi saw mengira paman beliau merestui dan tidak mencegahnya. Karena itu Nabi saw berkata, “Paman, seandainya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku tinggalkan urusan ini, sekali-kali tidak! (aku akan terus hingga) Aku menangkan urusan ini atau aku binasa (karenanya).”[15]
Nabi saw menghadapi dunia yang penuh kesyirikan dan kekufuran. Dalam perjalanan dakwah, banyak problem dan masalah yang beliau alami. Beliau disakiti berulang-kali. Para pengikut beliau disiksa dengan berbagai macam siksaan yang menyakitkan. Beliau bersama pengikutnya ditahan di Syi’b (jalan di bukit). Bersama Abu Thalib berada di bawah pemboikotan ekonomi. Jiwanya selalu terancam. Tak jarang para musuh hendak membunuh beliau dan gangguan-gangguan lainnya. Tetapi dengan keteguhan dan keyakinan, beliau laksanakan perintah Tuhan hingga pada akhirnya beliau menang atas para musuh. Maka berkibarlah bendera Tauhid di alam jagat ini.
Dari peristiwa ini kaum Muslim, para penyembah Allah dan kaum reformis bisa mendapatkan pelajaran kesabaran, keteguhan dan bagaimana memanggul misi kenabian.
KETEGUHAN PARA NABI (AQIDAH KELAS XI)
Iman kepada Allah dan alam akhirat tertanam jauh di dalam lubuk jiwa para nabi, hingga sampai pada tingkatan yakin dan syuhûd (penyaksian batin). Mereka bersentuhan dengan alam gaib dan sedikit pun tidak meragukan apa yang diperintahkan Allah Swt kepada mereka. Mereka bersandar pada kekuasaan Tuhan yang tiada batas dan tidak merasa takut sedikit pun kepada kekuatan apapun selain Allah Swt. Aral dan rintangan dari para musuh tidak menggoyahkan tekad mereka yang kukuh. Dengan konsisten dan teguh, para nabi selalu berusaha menyelesaikan problem-problem sosial. Keyakinan dan keteguhan ini dapat dianggap sebagai salah satu faktor penting kesuksesan mereka. Sangatlah menarik dan bermanfaat menelaah kehidupan dan kerja keras para nabi. Kami bawakan beberapa contoh di bawah ini:
Keteguhan Nabi Ibrahim as
Nabi agung ini bangkit melawan kesyirikan dan pemujaan berhala. Berdiri memberontak kekuatan tagut Namrud sang pelindung dan penyembah berhala. Ia tidak takut pada kekuatan besarnya dan dengan yakin ia berkata, Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya (QS. al-Anbiya:57).
Ia bangkit sendirian untuk menghancurkan berhala-berhala. Pada suatu hari para pemuja berhala pergi ke luar kota. Ia masuk ke dalam rumah berhala besar dan menggulingkan berhala-berhalanya. Di pengadilan si tagut Namrud ia dihukum dengan dibakar dalam api, karena telah menghancurkan berhala-berhala. Tapi tak sedikit pun ia menampakkan kelemahan dan rasa sedih. Malah ia begitu kukuh dalam mempertahankan keyakinannya. Bahkan ketika dilempar dengan ketapel besar (manjanik) ke tengah kobaran api, beliau tidak meminta pertolongan kepada siapa pun kecuali kepada Allah. Hingga dengan kehendak Allah api itu menjadi sejuk dan menyelamatkan Nabi Ibrahim as.
Keteguhan Nabi Ibrahim as dalam melawan pemujaan berhala dan penegakkan Tauhid sampai batas seperti digambarkan oleh al-Quran disifati sebagai merepresentasikan kekuatan satu umat,
إِنَّ إِبْرَهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتاً لِّلَّهِ حَنِيفاً وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan
lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia
termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). (QS. an-Nahl:120)Keteguhan Nabi Musa as
Nabi Musa as diutus menjadi rasul. Ia diperintahkan untuk menyampaikan kenabiannya dan menyelamatkan kaum teraniaya, Bani Israil, dari tangan si Tagut Fir’aun dan agar ia menasihatinya. Dengan pakaian sederhana dan sebuah tongkat beliau menemui saudaranya, Harun. Tanpa rasa takut dan goyah sedikit pun, ia pergi ke istana besar Fir’aun yang zalim. Dengan penuh rasa percaya diri beliau berkata, “Hai Fir’aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan Semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku (QS. al-A’raf:104-105).
Untuk mengajak umat kepada tauhid dan menyelamatkan Bani Israil, Nabi Musa bertahun-tahun melawan Fir’aun yang zalim dan pemerintahannya yang sewenang-wenang. Beliau bersabar dan teguh di hadapan semua masalah dan siksaan para pengikut Fir’aun. Pada saat yang sama beliau menyeru Bani Israil kepada kesabaran dan keteguhan di tengah kesulitan dan penderitaan yang mereka alami.
قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُواْ
بِاللَّهِ وَاصْبِرُواْ إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَن يَشَآءُ
مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَقِبَةُ لِلْمُتِّقِينَ
Musa Berkata kepada kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan
bersabarlah; Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya
kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. dan kesudahan yang
baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-A’raf:128)Kaum Musa yang sudah tidak kuat untuk bersabar lagi menimpali, “Kami telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang.” (QS. al-A’raf:129).
Untuk memberikan spirit kepada mereka, Nabi Musa berkata, “Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi-(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu.” (QS. al-A’raf:129).
Sedemikian teguhnya Nabi Musa dalam melaksanakan tugasnya yang penting dan beresiko ini, hingga pada akhirnya berhasil juga membinasakan Fir’aun dan menggulingkan rezim kezalimannya. Ia selamatkan Bani Israil dari kehinaan perbudakan, kezaliman, siksaan dan kesadisan orang-orang Fir’aun.
Keteguhan Nabi Muhammad saw
Nabi Muhammad saw juga adalah sosok pejuang yang bangkit melawan di hadapan kesyirikan dan pemujaan berhala. Dengan tekad yang kukuh dan niat yang bulat, beliau berupaya untuk mencapai tujuan tinggi ini. Beliau bersikap konsisten ketika dihadapkan kepada berbagai macam ujian. Sepanjang dua puluh tiga tahun, beliau sekuat tenaga menghadapi ratusan problem dengan tidak menampakkan kelemahan dan keraguan sedikit pun. Karena beliau telah diperintahkan oleh Allah agar tabah di jalan mencapai puncak tujuan ini. Dalam al-Quran diterangkan, Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Hud:112).
Nabi saw di sepanjang masa risalah, bahkan di awal dakwah, menjelaskan risalah beliau dengan tegas dan pasti. Beliau tidak gentar sedikit pun dengan banyaknya musuh. Saat itu turun ayat,
وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu. (QS. asy-Syu’ara:214)Beliau diperintahkan mengumumkan dakwah beliau. Beliau menyuruh Ali bin Abi Thalib as menyiapkan makanan dan mengundang karib kerabat, untuk menyeru mereka kepada Islam. Maka Ali as pun mempersiapkan makanan sesuai pesan Rasulullah (saw) dan kemudian mengundang sekitar empat puluh orang kerabat dekat. Setelah makan, ketika beliau hendak bicara, Abu Lahab mencegah beliau saw hingga para tamu bubar. Ali bin Abi Thalib as mengatakan, “Untuk kedua kalinya atas perintah Nabi aku laksanakan tugas ini. Kali ini pun mereka tidak mengizinkan beliau berbicara. Ketiga kalinya, aku kembali mengundang. Kali ini Nabi usai acara makan berkata,
‘Hai Bani Abdul Muthalib, demi Allah tidak kutemukan seorang pemuda di Arab yang memiliki tugas untuk kaumnya lebih baik dariku. Aku tawarkan kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat. Allah telah memerintahkanku untuk menyeru kalian kepadanya.
Siapakah yang akan membantuku dalam urusan ini supaya ia menjadi washî (pengemban wasiat) dan wakilku?’ [Imam Ali as melaporkan reaksi mereka bahwa] Mereka semua berpaling dan menolak.
Maka aku meski yang termuda, tetapi paling tajam pandangan serta paling cermat dari mereka, berkata, ‘Akulah wahai utusan Allah, yang bersedia sebagai wakil dan pembantumu.’
Beliau menepuk pundakku seraya berkata, ‘Ini saudaraku, washî-ku dan khalifahku di tengah kalian. Dengarkanlah ia dan taatilah ia!’
Kemudian para hadirin berdiri sambil tertawa dan berkata kepada Abu Thalib, ‘Ia menyuruhmu agar kamu dengarkan anakmu dan mematuhi perintahnya.’”[14]
Kaum musyrik menggunakan segala cara untuk menghalangi pesan Muhammad saw. Tetapi beliau tetap sedemikian teguh. Suatu hari para tokoh Quraisy pergi menemui Abu Thalib, paman Nabi saw. Mereka mengatakan, “Hai Abu Thalib, Anda seorang tua dan lelaki mulia. Kami sebelumnya telah memohon kepada Anda agar mencegah keponakan Anda itu, tetapi tidak Anda lakukan. Demi Allah, kami tidak akan sabar atas keadaan ini. Orang yang telah mencela tuhan-tuhan dan ayah-ayah kami ini, akankah Anda mencegah dia atau kami sendiri harus memerangi dia dan Anda sekalian, sampai binasa salah satu dari kita.”
Bolak baliknya kaum kafir dan kebencian mereka menjadikan Abu Thalib sangat tertekan. Di satu sisi, beliau sangat keberatan untuk menolak Islam dan di sisi lain tidak kuasa untuk menolak permintaan mereka agar menahan Nabi saw. Maka ia mengutus seorang ajudan untuk menyampaikan hal tersebut kepada Nabi saw, dengan mengatakan, “Jagalah dirimu dan diriku! Aku sama sekali tidak berdaya, maka janganlah kamu membebani diriku!” Nabi saw mengira paman beliau merestui dan tidak mencegahnya. Karena itu Nabi saw berkata, “Paman, seandainya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku tinggalkan urusan ini, sekali-kali tidak! (aku akan terus hingga) Aku menangkan urusan ini atau aku binasa (karenanya).”[15]
Nabi saw menghadapi dunia yang penuh kesyirikan dan kekufuran. Dalam perjalanan dakwah, banyak problem dan masalah yang beliau alami. Beliau disakiti berulang-kali. Para pengikut beliau disiksa dengan berbagai macam siksaan yang menyakitkan. Beliau bersama pengikutnya ditahan di Syi’b (jalan di bukit). Bersama Abu Thalib berada di bawah pemboikotan ekonomi. Jiwanya selalu terancam. Tak jarang para musuh hendak membunuh beliau dan gangguan-gangguan lainnya. Tetapi dengan keteguhan dan keyakinan, beliau laksanakan perintah Tuhan hingga pada akhirnya beliau menang atas para musuh. Maka berkibarlah bendera Tauhid di alam jagat ini.
Dari peristiwa ini kaum Muslim, para penyembah Allah dan kaum reformis bisa mendapatkan pelajaran kesabaran, keteguhan dan bagaimana memanggul misi kenabian.
No comments:
Post a Comment